Ninin Karlina, S.Ud.
Ketua PDNA SukoharjoDi era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bagi perempuan modern, media sosial bukan sekadar ruang untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga arena untuk menunjukkan eksistensi, memperjuangkan gagasan, dan membangun solidaritas.
Media Sosial Sebagai Ruang Ekspresi dan Representasi
Media sosial memberikan peluang luas bagi perempuan untuk mengekspresikan diri tanpa batasan geografis dan sosial. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter), banyak perempuan yang memanfaatkan teknologi ini untuk berbagi karya, pengalaman, dan ide tentang kehidupan, karier, hingga isu kesetaraan gender.
Namun, kebebasan ini juga memunculkan tantangan baru, bagaimana perempuan dapat menjaga citra dan nilai dirinya di tengah budaya digital yang kerap menuntut kesempurnaan?
Antara Empowerment dan Eksploitasi
Media sosial sering disebut sebagai ruang pemberdayaan. Banyak kampanye yang digagas untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, seperti gerakan #MeToo, WomenSupportWomen, atau kampanye lokal yang mengangkat isu kekerasan dan diskriminasi.
Di sisi lain, tidak sedikit pula perempuan yang menjadi korban eksploitasi digital: dari perundungan daring, pelecehan berbasis gender, hingga tekanan sosial karena standar kecantikan yang tak realistis.
Tantangan Identitas Perempuan di Dunia Digital
Identitas perempuan modern kini terbentuk melalui dua dimensi, identitas nyata dan identitas digital. Keduanya bisa saling memperkuat, tetapi juga bisa menimbulkan konflik. Di satu sisi, perempuan dapat membangun citra positif sebagai individu yang cerdas, mandiri, dan berdaya. Di sisi lain, media sosial kerap menjerat mereka dalam budaya “pembandingan diri” (social comparison) yang melelahkan.
Etika Digital dan Literasi Media
Penting bagi perempuan modern untuk memiliki literasi digital yang kuat. Tidak semua informasi di media sosial benar, dan tidak semua tren layak diikuti. Kesadaran akan etika digital, privasi, serta keamanan data menjadi bagian penting dari upaya menjaga martabat diri di ruang maya. Pendidikan literasi media juga membantu perempuan untuk menjadi pengguna yang kritis, bukan sekadar konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang mendidik dan inspiratif.
Meneguhkan Martabat Perempuan di Era Media Sosial
Islam menempatkan perempuan pada posisi yang mulia, dan hal itu harus tercermin pula dalam aktivitas digital. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”
Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan perempuan tidak diukur dari penampilan di media sosial, tetapi dari ketakwaannya dan kontribusinya dalam kebaikan.
Media sosial hanyalah alat, manusialah yang menentukan bagaimana menggunakannya. Perempuan modern perlu memanfaatkan teknologi untuk menegakkan martabat, bukan sekadar mencari pengakuan. Dengan keseimbangan antara literasi, etika, dan spiritualitas, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai positif dalam kehidupan digital maupun nyata.


